Bandung Raya Bisnis Jawa Barat Teknologi

Pemkot Bandung Dorong Pemanfaatan Hasil Olahan Sampah untuk Ekonomi Sirkular

Bandung, Lingkup.id – Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung terus memperkuat upaya pengelolaan sampah berkelanjutan dengan mendorong tidak hanya pemilahan dan pengolahan, tetapi juga pemanfaatan hasil olahan sampah agar memiliki nilai guna dan ekonomi. Langkah ini dinilai penting untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah yang sirkular dan berdampak langsung bagi masyarakat.

Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, mengatakan bahwa tantangan ke depan bukan hanya soal memilah dan mengolah sampah, tetapi bagaimana memanfaatkannya secara optimal. Menurutnya, tidak semua masyarakat memahami cara memanfaatkan hasil pengolahan sampah, sehingga diperlukan edukasi dan integrasi program yang berkelanjutan.

“Salah satu pekerjaan rumah kita berikutnya adalah setelah kita mampu memilah dan mengolah sampah, maka kita harus masuk ke pemanfaatan. Pemanfaatan ini tidak mudah, karena memang belum tentu semua orang tahu bagaimana cara memanfaatkannya,” ujar Farhan, Selasa (23/12/2025).

Farhan menjelaskan, Pemkot Bandung akan terus mencari peluang baru agar hasil pengolahan sampah, khususnya sampah organik, dapat dimanfaatkan secara maksimal. Salah satu output utama dari pengolahan sampah organik adalah kompos, yang memiliki peran penting dalam mendukung berbagai program di tingkat kewilayahan.

Pada tahun 2026 mendatang, Pemkot Bandung berencana mengintegrasikan tiga program yang selama ini telah berjalan, yakni pengolahan sampah di tingkat RW, pembinaan urban farming di level RW, serta koperasi dapur sehat di tingkat RW. Ketiga program tersebut saling berkaitan dan dirancang untuk membentuk ekosistem yang berkesinambungan.

“Output dari pengolahan sampah organik itu salah satunya kompos. Kompos ini akan digunakan oleh urban farming. Urban farming menghasilkan sayur, buah, dan ikan, yang kemudian dikonsumsi oleh dapur sehat untuk membantu mengatasi stunting,” katanya.

Dikatakannya, sisa sampah dari aktivitas dapur sehat nantinya akan kembali diolah bersama sampah dari tempat pengolahan sampah setempat. Dengan demikian, tercipta sistem sirkular di mana sampah tidak lagi menjadi beban, melainkan sumber daya yang bermanfaat.

Sementara itu, Direktur Utama CV Prosignal, Aldi Ridwansyah, mengungkapkan bahwa hasil olahan sampah organik dan limbah kelapa memiliki potensi besar untuk dikembangkan lebih lanjut. Selain kompos, pihaknya juga memproduksi cocofit atau cocopeat yang dapat digunakan sebagai media tanam alternatif selain tanah.

“Kompos dan cocofit ini bisa menjadi media tanam yang sangat baik. Selain tanah, media ini juga sudah terbukti bagus untuk pertanian,” ungkapnya.

Selain cocofit, limbah kelapa juga dapat diolah menjadi cocofiber. Ke depan, CV Prosignal berencana menjalin kerja sama dengan perusahaan otomotif untuk memanfaatkan cocofiber sebagai bahan jok mobil.

Aldi menambahkan, inovasi lainnya adalah penggabungan antara kompos dan cocofit menjadi produk yang dikenal sebagai kompos pit, yakni campuran setengah cocopeat dan setengah kompos. Produk ini dinilai memiliki kualitas lebih baik dan bernilai jual tinggi.

“Kalau kompos kering untuk ekspor, kemarin itu harganya bisa mencapai sekitar Rp2,5 juta di pasaran China. Di Indonesia sendiri memang belum terlalu populer, tapi potensinya besar,” katanya.

Hal senada disampaikan Humas CV Prosignal, Willy Aditya. Ia menjelaskan bahwa pengolahan limbah kelapa menjadi kompos maupun cocofiber merupakan salah satu solusi inovatif dalam pengelolaan sampah organik.

“Kompos kelapa ini bisa jadi kompos biasa, dan kalau ditingkatkan kualitasnya bisa menjadi kompos fit dengan campuran setengah kompos dan setengah cocopeat. Ini salah satu upaya kami dalam mendukung pengolahan sampah yang bernilai guna,” tandasnya.

    Lingkup.id Banner Iklan 960 x 150 px